Selasa, 21 Desember 2021

Waspadai, inilah 7 Penyebab Kematian Mendadak Pada Burung

7 Penyebab Kematian Mendadak Pada Burung Perkutut - Hal-hal seperti ini sebenarnya sudah jamak dialami siapapun yang berniat memelihara burung, apalagi menernakkannya. Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa penyebab kematian mendadak seperti itu. Maka dasar pengetahuan mengenai hal itu mustinya juga dipahami, agar kejadian serupa tidak terjadi dan tidak menimbulkan kekecewaan yang mendalam sehingga mematahkan semangat untuk melanjutkan keinginannya.

Burung yang sakit bisa diamati dari perilakunya sehari-hari. Tanda-tanda yang paling umum adalah kehilangan nafsu makan, kurang aktif, bulu yang sering mengembang (nyekukruk kalau orang Jawa bilang), serta kotorannya berair dan berubah warna, terkadang juga berbau sangat tidak sedap.

Ketika burung mengalami tanda-tanda tersebut, bisa segera melakukan tindakan yang diperlukan. Tetapi ada juga burung yang semula sehat, tiba-tiba saja mati. Akibatnya, kita tidak dapat melakukan pertolongan pertama, karena burung tersebut telah mati.

Kematian mendadak sering terjadi pada semua jenis burung. Baik itu burung kicauan maupun non-kicauan seperti halnya perkutut, derkuku, dan burung puter. Burung yang semula terlihat sehat atau tidak menunjukkan perilaku sakit tiba-tiba saja terkulai lemas di dasar sangkar lalu mati. Kondisi ini kerap menjadi pertanyaan bagi para penghobi dan pelestari burung.

Sebagian besar penyebab kematian burung menurut Drh. Dharmojono, langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh malnutrisi (kekuranglengkapan gizi) dan stres. Banyak pemelihara memberi makan burungnya cukup banyak kadang malah berlebihan, tetapi mutunya rendah dan monoton sehingga dapat terjadi defisiensi (kekurangan sesuatu zat nutrisi).

Drh. Dharmojono yang berpengalaman sebagai konsultan permasalahan burung tersebut, mengatakan stres pada burung dapat disebabkan oleh buruknya higiene. Perubahan-perubahan suhu yang cepat, atau trauma baik fisik maupun psikis. Baik penyakit karena defisiensi zat nutrisi maupun karena stres berjalan lama dan menyebabkan burung merana. Pada suatu saat sampai kepada ambang batas kemampuan daya tahan tubuh, yang menurut kita ditemukan “sekonyong-konyong mati” atau “mati mendadak”.



Berikut sedikit pemaparan beberapa penyebab burung mati mendadak dan cara mencegahnya:

1.   Burung selalu terpapar cahaya matahari

Paparan cahaya matahari di pagi hari sangat baik untuk burung. Tetapi jika terlalu sering digantang di tempat terbuka, apalagi ketika kondisi cuaca sedang sangat terik hal itu bisa menjadi sumber bencana bagi burung. Paparan sinar matahari secara berlebihan akan diterima oleh tubuh burung, namun tidak bisa dibuang dari tubuhnya. Akibatnya burung rentan mengalami heat stress dan heat stroke. 

Dalam berbagai kasus, kondisi ini bisa menyebabkan kematian mendadak. Bukan itu saja, burung yang mengalami infeksi pernafasan dan gangguan kesehatan lainnya juga rentan mati ketika terus-menerus berada di temapt panas atau selalu terpapar cahaya matahari. 

Untuk mencegahnya, jemur burung seperlunya saja tidak lebih dari 2 jam. Usahakan pula supaya burung tidk dijemur lagi ketika sudah diatas pukul 10.00. Kalau cuaca mulai terik, segera pindahkan sangkar ke tempat yang teduh dan sedikit berangin. Sementara untuk burung yang terlihat kurang sehat tidak perlu dijemur sampai kondisinya sehat kembali. 

2.   Burung makan makanan rusak atau berjamur

Pakan utama yang umum diberikan pada burung adalah biji-bijian dan voer. Jika pakan diberikan dalam kondisi tidak higienis alias sudah tercemar bakteri dan jamur, maka burung bisa terkena imbasnya. Burung yang semula sehat tiba-tiba saja lemas dan mati hanya dalam hitungan jam.

Untuk mencegahnya, berikan pakan dengan kondisi masih baik, beli yang kemasannya masih bagus. Jangan diberikan jika pakan sudh berubah warna, berbau, dan berjamur.

3.   Burung terkena racun

Kematian mendadak pada burung juga sering akibat karena racun. Racun tidak harus dari tanaman dan serangga, bisa juga berasal dari udara yang dihirup si burung, juga sangkar dan perlengkapan yang terbuat dari logam.

Ada beberapa jenis serangga yang sangat mematikan karena mengandung toksik/racun. Selain itu burung rentan keracunan jika sering terpapar polusi udara akibat pembakaran sampah, asap teflon, knalpot kendaraan  bermotor, zat kimia yang bersal dari cat/parfum dan sebagainya.

Untuk mencegahnya, tempatkan burung di tempat yang aman, jauh dari serangga dan segala jenis polutan tadi. Burung jangan langsung ditempatkan di sangkar yang baru saja dicat. 

4.   Burung terlalu stress

Ketika burung mengalami stres, kondisi burung akan melemah sehingga mudah terserang penyakit. Sebagai pencegahannya, ketika burung mengalami stres yang berat, maka tenangkanlah terlebih dahulu dengan menenmpatkannya di tempat yang sejuk dan jauh dari keberadaan manusia serta hewan-hewan predator. Setelah kondisinya mulai tenang, segera berikan pakan yang kaya nutrisi, disertai pemberian multivitamin. 

5.   Salah memegang burung

Ketika burung stres atau terkulai lemas akibat sakit, tak jarang kita langsung memegangnya untuk melakukan pemeriksaan atau bahkan memberikan pakan langsung ke paruhnya atau juga meberikan obat. Apalagi untuk burung puter yang saat dipegang, staminanya langsung merosot drastis ditandai dengan mulutnya yang terengah-engah (biasa disebut dengan megap-megap). 

Kondisi megap-megap itu diakibatkan adanya tekanan pada bagian dada. Untuk itu sebisa mungkin kurangi kontak langsung dengan burung (dipegang langsung) saat burung dalam kondisi sakit. 

6.   Penyakit yang susah dideteksi

Meskipun kondisi kesehatan burung umumnya bisa diketahui dari perilaku sehari-hari, tetapi ada beberapa penyakit yang tidak bisa dideteksi hanya melalui pengamatan saja, semisal penyakit hati, inveksi virus, dan sebagainya.

Untuk mencegahnya, pastikan burung selalu mendapatkan asupan nutrisi yang mencukupi. Selain itu, untuk menjaga kondisi kesehatannya setiap hari, berikan multivitamin dan perawatan hariannya. Jaga kebersihan kandang.

7.   Egg binding

Egg binding secara sederhana bisa disebut juga sebagai suatu kondisi dimana telur tidak dapat keluar dari saluran reproduksi burung betina, baik hal itu karena lengket / melekat pada oviduct maupun akibat terjepit dalam saluran reproduksi. Sehingga burung pun akan mengalami kesakitan lantaran telur tidak mau juga keluar dari kloaka yang merupakan muara akhir dari saluran reproduksi sang burung. Kalaupun telur bisa keluar, si burung membutuhkan energy yang sangat besar yang berakibat kondisinya langsung menurun drastis, sehingga bisa berujung pada kematian. 

Ada beberapa faktor yang ditengarai menjadi penyebab dari egg

binding ini yakni, terjadinya suatu infeksi, trauma pada saluran reproduksi, sarang burung yang tidak layak, telur yang mempunyai ukuran besar agak berlebih, obesitas atau kegemukan, juga gizi yang tidak mendukung. Kondisi hipotermia dicurigai juga menjadi penyebab. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana mekanisme tubuh untuk pengaturan suhu kesulitan mengatasi tekanan suhu dingin, jika pada manusia dapat diartikan suhu bagian dalam tubuh di bawah 35 derajat celcius.

Maka solusinya adalah kecupun gizi dan nutrisi. Karen burung ini berada di kandang sehingga kebutuhan akan kalsium untuk tubuhnya seringkali kurang memadai, maka bisa diberikan tambahan kalsium berupa tulang sotong, tumbukan batu bata, pasir pantai, atau tumbukan mineral yang lain. Dan penempatan kandang di suhu idealnya yakni 28 – 32 derajat celcius, agar burung tidak mengalami hipotermia.

Dilain kesempatan akan dibahas soal egg binding ini. Demikian beberapa penyebab kematian mendadak pada burung, jika ingin menambahkan bisa menuliskan di kolom komentar. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar